Rabu, 14 Oktober 2009


Jangan Bercemas-cemas, Mari Kita Berkemas-kemas!


Analisa para ahli dengan berbagai latar belakang disiplin ilmunya, yang mengatakan bahwa tahun 2015  terjadi Qiamat,  setelah rentetan Gempa  yang terjadi di tanah air akan ada Gempa yang lebih dahsyat yang bisa diukur lebih dari 8, sekian SR kemudian ada yang bilang -- entah benar atau asal ngomong tanpa dasar-- bahwa pulau Jawa  akan terbelah akibat gempa tersebut. Gunung , angin, lautan, bahkan bumi tempat kita berpijak pun menjadi tidak bersahabat maka pada saat itu  tidak banyak yang selamat dari akumulasi bencana tersebut. 
Pernyataan-pernyataan ini, bagi sebagian orang awam agama, awam ilmu pengetahuan menjadi bayang-bayang  skeptis yang menghantui perjalanan hidupnya. Sehingga tak jarang  mereka mencari sesuatu  yang dianggap dapat menyelamatkan dirinya walaupun  kadang mereka keliru dalam mencari perlindungan.  Bagi kita orang Islam yang  punya akal pikiran, punya Al Qur'an menanggapi statemen seperti itu  semestinya tidak lantas menelan mentah-mentah analisa mereka. Kita haqqul yaqqin bahwa segala sesuatu itu Allah  SWT yang menentukan meskipun pedang terhunus telah berada di batang leher kita, atau mata pistol siap picu  telah mengarah ke kepala kita, atau katakanlah kita  menginjak daratan dengan potensi gempa yang luar biasa, namun lagi-lagi iman, tawadhu' dan tawakkal kita  harus kita kedepankan untuk mengantisipasi keadaan tersebut. 
Sungguh luar biasa urusan orang  Mukmin itu segala sesuatu tetap dianggap baik, saat men dapat mushibah sabar dan tabah, saat mendapat nikmat bersyukur. Maka tak ada lagi yang kita cemaskan, tetapi senantiasa kita berkemas-kemas untuk menggapai sukses hakiki yakni menyongsong syurga yang luasnya selangit dan bumi, yang disediakn bagi orang-orang yang bertakwa. Berkemas-kemas bukan berarti kita bersihkan dan bereskan yang ada tetapi berkemas-kemas dalam rangka mempersiapkan kehidupan akhirat yang lebih langgeng abadi.
Karena akhirat itu pasti, qiamat itu pasti dan kematian itu juga pasti maka tak diragukan mari kita berbekal sebanyak-banyaknya sehingga perjalanan kita ke "sana" serasa indah dan menyenangkan karena bekal kita melimpah.  Wallahu a'lam


Makna Hidup

Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup,
tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang bermakna bagi orang lain.
Nilai manusia, tidak ditentukan oleh bagaimana ia mati,
melainkan oleh bagaimana ia menjalani hidup.
Kekayaan manusia bukanlah diukur oleh apa yang ia peroleh,
melainkan diukur oleh apa yang telah ia berikan.
Maka nikmatilah setiap langkah hidup dan bersyulurlah selalu.
Banyak orang berpikir bagaimana mengubah dunia ini,
namun hanya sedikit yang memikirkan bagaimana mengubah dirinya sendiri.
(Indra Surya)


Selasa, 13 Oktober 2009


JIWA YANG MULIA DAN HINA

Syaqiq bin Ibrahim mengatakan,
Pintu taufiq tertutup bagi manusia dari enam hal:
Pertama, tidak bersyukur terhadap nikmat;
kedua, mencintai ilmu tanpa mengamalkannya;
ketiga, berbuat dosa dan mengakhirkan akhirat;
keempat, bersahabat dengan orang-orang shalih tetapi tidak meneladani perbuatan mereka; kelima, mengakui rendahnya dunia tetapi mengejarnya;
keenam, mempercayai akhirat tetapi meremehkannya.
Sedangkan semua itu disebabkan oleh:
Pertama, tidak adanya rasa cinta dan takut;
kedua, lemahnya keyakinan; ketiga, lemahnya hati kecil (hati nurani);
keempat, lemahnya jiwa serta menggantikan sesuatu yang baik dengan sesuatu yang hina.
Sumber kebaikan adalah taufiq Allah swt dan kehendak-Nya, serta kemualian jiwa dan kebesaran-Nya.
Sedangkan sumber kejahatan adalah kehinaan, kerendahan dan kekerdilan jiwa.

(Ibnu Qayyim Al Jauziayah)